Ruteng – Belum lama ini publik Kota Ruteng, Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) digemparkan oleh isu salah satu lauk pauk program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang basi dan tidak layak dikonsumsi.
Lauk pauk MBG yang dinyatakan basi itu adalah daging ayam, menu yang disiapakan oleh Yayasan Komunitas Inovasi Rumpun Bambu (YKIRB) Dapur Karot untuk siswa Sekolah Dasar Katolik (SDK) Ruteng IV.
Seperti dirilis sebelumnya, siswa-siswi SDK Ruteng IV saat itu hanya mengkonsumsi tahu dan tempe, tanpa lauk daging ayam sebagai menu utama.
Setelah dikonfirmasi lauk daging ayamnya sengaja tidak didistribusikan pada hari itu karena dalam kondisi basi.
Kepala SDK Ruteng IV, Fransisca Nurhaina membenarkan bahwa menu makan siang siswa hari itu tidak lengkap, yakni hanya sayur dan tempe.
Pihak sekolah telah menerima klarifikasi dan permohonan maaf dari pihak YKIRB Dapur Karot bahwa memang lauk daging ayamnya sengaja tidak didistribusi karena kondisinya basi.
Yetri, selaku Penanggung Jawab Yayasan Komunitas Inovasi Rumpun Bambu (YKIRB) yang mengelola Dapur Karot mengatakan bahwa, pihaknya memutuskan untuk tidak mendistribusikan lauk daging ayam karena sudah basi dan khawatir akan berdampak buruk bagi kesehatan anak-anak sekolah.
Meski tidak menjelaskan secara terperinci mengapa sampai basi, namun kata Yetri, sebagai penggantinya, Dapur Karot hanya menyajikan menu berupa karbohidrat, lauk nabati, sayur, dan buah.
Ia pun menyampaikan permohonan maaf kepada pihak sekolah dan berjanji akan meningkatkan ketelitian dalam pengolahan dan distribusi MBG ke depannya.
Menanggapi itu, Pengamat Pendidikan, Marsel Ruben Payong menyarankan kepada pemerintah perlu adanya koordinasi yang lebih matang lagi dengan semua stakeholder terutama penyedia layanan/pemasok dan mitra-mitra pemasok bahan makanan, deliver, dan sekolah).
Jika belum siap, kata Marsel, sebaiknya jangan dipaksakan untuk diimplementasikan karena taruhannya adalah anak-anak bangsa.
“Kita menghargai keputusan YKRIB untuk tidak menyajikan lauk yang tidak layak karena pertimbangan agar tidak membahayakan kesehatan anak-anak sekolah. Tapi kita juga berharap agar masalah ini harus menjadi pelajaran penting ke depan karena tidak hanya berpotensi merugikan atau membahayakan kesehatan anak-anak tetapi juga berpotensi merugikan keuangan negara” tutur Marsel, Kamis 12 Juni 2025.
Ia berharap masalah ini menjadi resiko bisnis dari penyedia layanan dan tidak boleh dibebankan kepada negara.
“Harap dicatat, kekurangan hari ini (tidak ada lauk dll) tidak boleh diklaim untuk dibayar penuh oleh negara tetapi sebagai resiko bisnis dari yang bersangkutan” ungkapnya.
Meski begitu, ia tetap mengapresiasi langkah dan niat baik pemerintah Prabowo-Gibran untuk memberikan makanan bergizi bagi anak sekolah