Oleh : Stefanus Wolo Itu
Kemarin, Senin 21 April 2025. Saya merayakan Ostermontag atau paskah kedua di gereja Eiken. Saat mazmur tanggapan, koster menyodorkan secarik kertas bertuliskan: “Papst Franziskus ist heute Morgen um 07.35 Uhr in Rom gestorben. Paus Fransiskus hari ini jam 07.35 meninggal di Roma”.
Saya tertunduk dan sedih. Ya, membayangkan liburan musim semi tanggal 1 hingga 9 Mei nanti di Vatikan Roma. Saya akan berada di sana bersama satu grup ziarah dari Swiss. Semua agenda sudah rapih tersusun. Kapten Lorenz Keusch, kepala logistik garda Swiss sudah siap mendampingi kami. Mengunjungi basilika-basilika. Melewati pintu-pintu suci. Mengunjungi katakombe Domitila yang dijaga para imam SVD. Mengawal ekaristi bersama para pengawal paus. Mengikuti pengukuhan anggota baru garda Swiss.
Tak lupa audiensi umum dengan Paus Franziskus. Berjabat tangan dan menatap wajahnya. Sayang sekali rencana ini tak kesampaian. Kami hanya bisa mengunjungi makamnya. Apakah paus baru sudah terpilih awal bulan Mei nanti? Mudah-mudahan!
Ketika doa syukur agung saya mendoakan arwah Paus Fransiskus. Sebelum pengumuman pastoral saya mengajak umat berdoa. “Marilah kita berdoa untuk Paus Fransiskus. Orang hebat dan sederhana itu telah kembali ke pangkuan Illahi. Ia telah mengabdikan dirinya kepada gereja dengan hidup sederhana. Dia menghidupi cara Yesus bertemu orang-orang sederhana”.
Saat tiba di Sakristi saya membuka HP. Berita kematian Paus Fransiskus memenuhi grup-grup WhatsApp. Begitupun media sosial lainnya. Saya membuka Email. Uskup Basel, Mgr. Felix Gmür menulis: “Paus Fransiskus meninggal tadi pagi. Kita berterima kasih atas keteladanannya sebagai murid Yesus. Kita mendoakan almarhum agar menikmati kedamaian abadi. Semua paroki membunyikan lonceng gereja pada jam 15.00 nanti”.
Selama berabad-abad, bunyi lonceng telah menjadi tanda pemberitahuan resmi kepada umat katolik tentang kematian pemimpin gereja. Membunyikan lonceng merupakan tindakan simbolis yang mengungkapkan rasa duka. Kita memanggil umat beriman untuk berdoa.
Paus Fransiskus meninggal pada Senin paskah. Ia meninggal di tahun harapan yang dicanangkannya sendiri. Secara simbolis sangat indah. Fakta ini sangat penting bagi umat Kristiani. Tahun harapan mengingatkan kita bahwa kematian bukanlah kata terakhir. Tapi awal dari perjalanan hidup baru.
Testimoni Para Pemimpin Dunia
Paus Fransiskus adalah orang hebat abad ini. Hal ini terungkap dari testimoni para tokoh dunia. Mgr. Charles Morerord, Presiden Konferensi Para Uskup Swiss menulis: “Paus Fransiskus meninggalkan banyak jejak. Kita bisa membaca dalam pelbagai tulisannya. Selalu mencakup akar spiritual dan menyentuh dimensi manusia. Fransiskus melibatkan lebih banyak orang dalam mengambil keputusan penting. Kaum awam dan wanita diberi kepercayaan dan tanggung jawab dalam gereja”.
“Paus Fransiskus berhasil memberikan harapan, meringankan penderitaan melalui doa dan menciptakan persatuan. Ia berdoa tanpa kenal lelah untuk perdamaian di Ukraina. Kami berbagi kesedihan dengan semua umat katolik dan kristen yang menemukan dukungan rohani dalam diri Paus Fransiskus”, tulis Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy.
Presiden Perancis Emanuel Macron menulis: “Paus selalu berdiri di pihak yang paling rentan dan paling lemah. Ia memfokuskan diri pada kesederhanaan dan meninggalkan gaya hidup istana. Almarhum menekankan pentingnya berbela rasa dengan kaum lemah”.
“Berita yang membawa kepedihan mendalam bagi kita. Seorang pria istimewa dan gembala hebat meninggalkan kita. Saya menikmati keistimewaan persahabatannya, nasihat dan ajarannya. Bahkan pada saat-saat kritis dan penuh penderitaan. Saya menerimanya”, tulis Georgia Meloni, perdana menteri Italia.
Dari Inggris, pangeran Charles III menulis: “Yang mulia akan dikenang karena belaskasihannya, perhatiannya terhadap persatuan gereja dan komitmennya terhadap kepentingan umat beriman. Melalui karya dan kepeduliannya bagi manusia dan bumi, ia telah menyentuh kehidupan banyak orang”. Sementara Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer memuji Fransiskus sebagai “paus bagi kaum miskin, kaum tertindas dan mereka yang terlupakan”.
Para mantan dan presiden Amerika saat ini juga menulis kesaksian. “Paus Fransiskus akan dikenang sebagai salah satu pemimpin paling berpengaruh di zaman kita. Saya menjadi pribadi yang lebih baik setelah mengenalnya. Dia guru yang selalu memberi tantangan. Dan di atas segalanya, Fransiskus adalah paus bagi semua orang”, kata Joe Biden, penganut katolik Roma, mantan presiden Amerika.
Barack Obama dan istrinya Michelle menulis: “Paus Fransiskus adalah pemimpin langka. Dia membuat kita ingin menjadi lebih baik. Beliau menyadarkan kita dari rasa puas diri. Tak lupa mengingatkan bahwa semua kita terikat oleh kewajiban moral kepada Tuhan dan sesama”.
Presiden AS saat ini Donald Trump mengucapkan turut berdukacita. “Beristirahatlah dengan tenang Paus Fransiskus. Semoga Tuhan memberkatinya dan semua orang yang mencintainya”.
“Fransiskus mendedikasikan dirinya untuk melayani sesama. Melalui tindakannya, ia menunjukan cara menjalani kehidupan yang sederhana namun bermakna. Penghormatan terbaik yang dapat kita berikan kepadanya adalah menjadi pribadi baik hati, semampu kita melayani sesama dimanapun dan cara apapun”, tulis Dalai Lama, pemimpin spiritual Tibet.
Uskup Chur Swiss, Mgr. Joseph Maria Bonnemain menulis: “Paus telah mendefinisikan ulang hubungan gereja katolik dengan dunia. Dia berbicara tegas bahwa tidak akan ada perdamaian sejati tanpa pelucutan senjata. Dia dikritik. Tapi kritik tidak menghentikannya untuk berbicara tegas”.
“Fransiskus menggambarkan gereja sebagai “Rumah Sakit Lapangan”. Ia mendorong umat agar tidak hanya peduli diri sendiri. Peduli juga dengan mereka terpinggirkan. Para politisi dinasihati untuk melampaui nasionalisme mereka sendiri. Perlu berdialog damai dengan semua orang. Ia bekerja untuk kaum miskin, mengeritik kapitalisme, ideologi imperealis, konsumerisme dan perusakan lingkungan”, lanjut Mgr. Bonnemain.
Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva mengumumkan tujuh hari perkabungan nasional. Ia menulis: “Saat ini umat manusia kehilangan suara rasa hormat dan belas kasih. Dalam kesehariannya, Paus Fransiskus mengajarkan dan menghayati nilai-nilai dasar ajaran kristen yaitu cinta, toleransi dan solidaritas. Fransiskus tahu persaingan sepak bola antara Brasil(negara dengan penganut katolik terbesar di dunia) dan Argentina. Ia pernah bercanda: “Paus adalah orang Argentina. Tuhan adalah orang Brasil”.
Sekjen PBB, Antonio Guterres memuji Paus Fransiskus. “Ia seorang duta harapan, kerendahan hati dan kemanusiaan. PBB sangat terinspirasi oleh teladannya. Ia adalah suara untuk perdamaian, martabat manusia dan keadilan sosial. Dia pria beriman untuk semua agama. Kita perlu mengikuti teladannya dalam hal persatuan dan pengertian. Dunia yang terpecah-pecah dan bertikai akan menjadi tempat yang lebih baik”.
“Saya terkesan dengan sikap moralnya yang kokoh. Khususnya dalam mempromosikan keadilan dan rekonsiliasi, dalam membela multilateralisme, menegakan hukum humaniter dan mengingatkan perubahan iklim. Fransiskus tidak melihatnya sebagai keadaan darurat ekologis tetapi terutama sebagai keharusan moral. Ia memiliki otoritas moral”, kata Alain Berset, Sekretaris Jenderal Dewan Eropa, mantan presiden negara federal Swiss.
Saya juga mendengar langsung testimoni sejuk dari Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto. “Saya menerima kabar mangkatnya Sri Paus Fransiskus. Dunia kembali kehilangan sosok panutan yang memiliki komitmen besar terhadap perdamaian, kemanusiaan dan persaudaraan. Kunjungannya ke Jakarta tahun lalu telah memberi kesan mendalam. Tidak hanya di kalangan umat katolik, namun di hati seluruh masyarakat Indonesia. Kesederhanaan, pluralisme, keberpihakan pada orang miskin akan selalu jadi teladan bagi kita semua. Selamat jalan Sri Paus. Pesanmu untuk menjaga perdamaian akan selalu membekas di hati kami”.
Terima kasih Paus Fransiskus. Selamat jalan menuju keabadian.
Kirchgasse 4, 5074 Eiken AG
Selasa Malam, 22 April 2025.