Oleh: Gregorius Upi Dheo, S.H., M.H.*
Demokrasi memberi kita kebebasan untuk memilih pemimpin dan mengawal jalannya pemerintahan. Setelah proses politik yang panjang, kini Kabupaten Ngada berada di bawah kepemimpinan Bupati Raymundus Bena dan Wakil Bupati Bernadinus Dhey Ngebu yang resmi dilantik oleh Presiden RI Bapak Prabowo. Suasa pelantikannya luar biasa, yang berdampak macet dimana-mana. Sebagai masyarakat, kita memiliki hak untuk menilai, mengkritik, dan memberi masukan terhadap kebijakan yang dijalankan. Namun, objektivitas dan kejujuran dalam menilai kinerja pemerintah harus menjadi prinsip utama. Kritik yang membangun akan membantu pemerintahan bekerja lebih baik, sementara kritik yang didasarkan pada sakit hati atau kebencian hanya akan menghambat kemajuan daerah.
Saat ini, pemerintah daerah menghadapi tantangan besar dalam bentuk kebijakan penghematan anggaran. Langkah ini diambil untuk memastikan efisiensi dalam pengelolaan sumber daya dan mengarahkan anggaran ke sektor-sektor yang benar-benar prioritas. Penghematan anggaran tentu bukan hal yang mudah, karena di satu sisi pemerintah harus menjaga stabilitas keuangan daerah, tetapi di sisi lain tetap harus memenuhi kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan kebijakan ini harus terus dikawal oleh semua pihak.
Dalam situasi seperti ini, muncul berbagai reaksi dari masyarakat. Sebagian mulai menagih janji politik sejak hari pertama pemerintahan baru berjalan. Tentu, mengingatkan janji politik adalah hal yang wajar, tetapi kita juga harus memahami bahwa perubahan besar tidak bisa terjadi dalam sekejap. Menilai kinerja pemerintahan baru harus dilakukan dengan kesabaran dan evaluasi yang objektif, bukan dengan ekspektasi yang tidak realistis. Memberikan waktu kepada pemimpin untuk membuktikan kapasitasnya adalah bagian dari kedewasaan dalam berdemokrasi.
Di sisi lain, kritik tetap harus ada, tetapi harus bersifat membangun dan berbasis fakta. Kritik yang baik adalah yang memberikan solusi, bukan sekadar mencari kesalahan atau menyerang secara personal. Pemerintah yang baik adalah yang menerima kritik dengan terbuka, dan masyarakat yang baik adalah yang menyampaikan kritik dengan cara yang bijak. Jika ada kebijakan yang perlu dikoreksi, kita harus menyampaikannya dengan cara yang benar, bukan dengan menyebarkan narasi yang memperkeruh suasana.
Penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah harus diawasi agar tidak justru menghambat layanan publik dan pembangunan. Kita perlu memastikan bahwa efisiensi yang diterapkan benar-benar membawa manfaat bagi masyarakat. Jika ada ketidakseimbangan dalam implementasi kebijakan ini, maka pemerintah harus diberi masukan yang konstruktif agar kebijakan tersebut dapat diperbaiki dan disesuaikan dengan kebutuhan riil masyarakat. Demokrasi memungkinkan kita untuk mengawal jalannya pemerintahan dengan cara yang bertanggung jawab.

Selain itu, penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa pembangunan daerah bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab bersama. Dengan berpartisipasi aktif, baik melalui dialog, forum diskusi, maupun keterlibatan langsung dalam berbagai program daerah, masyarakat dapat turut serta dalam memastikan bahwa kebijakan yang diambil benar-benar sesuai dengan kebutuhan rakyat. Sikap pasif atau hanya mengkritik tanpa kontribusi nyata tidak akan membawa perubahan yang positif bagi Ngada.
Oleh karena itu, mari kita jadikan demokrasi ini sebagai alat untuk membangun, bukan merusak. Perbedaan pilihan politik tidak boleh menjadi penghalang bagi kita untuk bekerja sama dalam membangun daerah. Saatnya meninggalkan perpecahan dan beralih pada semangat kolaborasi demi Ngada yang lebih maju. Dengan komitmen bersama, kita dapat memastikan bahwa pemerintahan yang baru ini berjalan dengan baik dan tetap berada pada jalur yang benar.
Ngada adalah rumah kita bersama. Kritiklah dengan bijak, kawallah dengan jujur, dan dukunglah dengan sepenuh hati. Pemerintah yang baik adalah pemerintah yang terbuka terhadap masukan, dan masyarakat yang baik adalah masyarakat yang mengawal dengan niat tulus demi kebaikan bersama. Kini saatnya kita menatap ke depan, meninggalkan rivalitas politik yang telah berlalu, dan bekerja sama membangun Ngada dengan penuh optimisme dan harapan.
*) Penulis adalah warga Ngada Diaspora, Praktisi Hukum, dan saat ini berdomisili di Jakarta.